Sejak kapan Galungan dirayakan di Bali?
Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha/Rabu Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi. Jadi kalau hari Rabu mempunyai panca wara: Kliwon dan wuku: Dunggulan, maka hari itu adalah hari Galungan.
Perayaan Galungan diwarisi oleh masyarakat Bali secara turun
temurun sebagai perayaaan atas kemenangan dharma (kebenaran/kebaikan) terhadap
adharma (kejahatan). Pada hari itulah umat Hindu berbahagia dan bersyukur atas
karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menciptakan segala-galanya di dunia ini
untuk kesejahteraan umat manusia.Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha/Rabu Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi. Jadi kalau hari Rabu mempunyai panca wara: Kliwon dan wuku: Dunggulan, maka hari itu adalah hari Galungan.
Perayaan Galungan sesungguhnya telah dimulai sejak enam hari
sebelum Galungan, disebut dengan Sugihan Jawa, yaitu hari Kamis/Whrespati
Umanis wuku Sungsang. Hari ini merupakan hari penyucian dengan turunnya
Bhatara-bhatara, jiwa suci leluhur ke bumi. Tiap-tiap keluarga melakukan
persembahyangan di pura keluarga masing-masing.
Pada Jumat kesesokan harinya disebut hari Sugihan Bali, yang
bermakna penyucian diri, penyucian kekuatan yang ada pada diri (buana alit).
Berbagai lontar dan pustaka menyebutkan ada 3 butha kala
yang menyerang manusia, yang disebut Sang Kala Tiga, sering disebut
Kala-tiganing Galungan. Mereka adalah simbul dari angkara, kejahatan/adharma.
Jadi dalam hal ini umat berperang untuk mengalahkan adharma (semua hal yang bersifat negatif dalam
kehidupan nyata).
Pada hari Minggu/Redite Pahing Dunggulan kita diserang oleh
Sang Butha Galungan. Hari kedua, Senin/Soma Pon Dunggulan, akan datang Sang
Butha Dunggulan, dan hari ketiga, Selasa/Anggara Wage Dunggulan kita diserang
oleh Sang Butha Amangkurat. Oleh karena itu pada hari-hari tersebut dianjurkan
anyekung jñana, artinya: mendiamkan pikiran agar jangan dimasuki oleh Sang Kala
Tiga tersebut. Jika kita berhasil menyucikan pikiran dan meneguhkan hati, maka
Butha Galungan tidak akan bisa menguasai kita.
Menurut beberapa referensi, di dalam Pustaka (lontar)
Djayakasunu, pada hari Galungan itu Ida Sang Hyang Widhi Wasa menurunkan anugrah
berupa kekuatan iman, dan kesucian batin untuk memenangkan dharma melawan
adharma Intinya, makna perayaan Galungan adalah bergembira atas keberhasilan kita
memenangkan dharma terhadap adharma. Oleh karena itu Galungan dirayakan dengan
penuh kegembiraan dan rasa syukur atas limpahan karunia Ida Sang Hyang Widhi
Wasa untuk keselamatan manusia dan seisi dunia. Hal ini ditandai dengan perayaan
di pura keluarga, pura Kayangan Tiga, pura Sad Kayangan, Kayangan Jagat dan
pura-pura besar lainnya.
Galungan di tahun 2013 ini jatuh pada hari Rabu tanggal 27
Maret 2013 dan 23 Oktober 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar